MA'HAD ISLAM TERPADU AL- KHAIRIYYAH, SEKOLAH DAN PONDOK PESANTREN.....................DENGAN MOTTO: BERILMU AMALIYAH - BERAMAL ILMIYAH - MENJAGA UKHUWWAH ...........................YAYASAN MIT ALKHAIRIYYAH KARAWANG MENERIMA SEGALA BENTUK DONASI YANG HALAL DAN TIDAK MENGIKAT; MELALUI BANK JABAR . No. Rekening : 0014732411100 atas nama : Pondok Pesantren Al-Khairiyyah Karawang...........................Facebook: khaeruddin khasbullah.....

SEPUTAR AL-KHAIRIYYAH (facebook:: https://www.facebook.com/khaeruddin.khasbullah)

Selasa, 10 Oktober 2017

REVITALISASI SUMPAH PEMUDA 28- OKTOBER 1928 DALAM BERBAGAI BIDANG, TERMASUK DALAM BIDANG BAHASA.

REVITALISASI SUMPAH PEMUDA 28- OKTOBER 1928 DALAM BERBAGAI BIDANG, TERMASUK DALAM BIDANG BAHASA.
Oleh: H. Khaeruddin Khasbullah

Isi Sumpah Pemuda:
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Sumpah ini kemudian disusul oleh sumpah pemuda- pemuda Arab yang di gaungkan oleh AR. Baswedan, yakni tepatnya pada 1 Agustus 1934, Harian Matahari Semarang memuat tulisan AR Baswedan tentang orang-orang Arab. AR Baswedan adalah peranakan Arab asal Ampel Surabaya. Dalam artikel itu terpampang foto AR Baswedan mengenakan blangkon. Dia mengajak keturunan Arab, seperti dirinya sendiri, menganut asas kewarganegaraan "ius soli": "di mana saya lahir, di situlah tanah airku". Artikel yang berjudul “Peranakan Arab dan Totoknya” berisi anjuran tentang pengakuan Indonesia sebagai tanah air. Artikel itu juga memuat penjelasan Baswedan tentang bagaimana sikap nasionalisme yang dianjurkan pada kaumnya. Pokok-pokok pikiran itu antara lain: Tanah air Arab peranakan adalah Indonesia; Kultur Arab peranakan adalah kultur Indonesia – Islam; Arab peranakan wajib bekerja untuk tanah air dan masyarakat Indonesia; Perlu didirikan organisasi politik khusus untuk Arab peranakan; Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan perselisihan dalam masyarakat Arab; Jauhi kehidupan menyendiri dan sesuaikan dengan keadaan zaman dan masyarakat Indonesia.
Kini setelah 89 tahun berlalu, tampaknya sumpah itu harus direvitalisasi dalam segala bidang, termasuk dalam bidang bahasa.
Bacalah berita hari ini: "Sebuah mobil menabrak separator busway di jakarta".
Lihatlah betapa kita saat ini terlalu senang dan bangga menggunakan bahasa asing dibanding berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bukankah berita itu dapat ditulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar: "Sebuah mobil menabrak pembatas jalur bis di Jakarta".
Itu untuk ukuran media yang bersifat nasional. Apalagi para anak muda kita lebih- lebih para artisnya yang bicaranya sok di inggris- inggriskan.
Mereka leih gagah menyebut "aware" dari pada menyebut "perhatian"
Lebih suka menyebut "Sweare" dari pada pakai kata "sumpah". Malah mereka mengucapkannya salah:"Suerr!" , kata mereka dengan percaya diri.
Lebih suka menyebut "Oh my god" dibanding "Ya tuhan".
Lebih suka menyebut "rest area" dibanding "tempat istirahat".
Padahal sering mereka salah penggunaan seperti menyebut Good night untuk selamat malam, padahal seharusnya Good evening. Good night dipakai untuk "selamat tidur", itu istilah baku orang Inggris, jangan ngarang sendiri supaya kelihatan gagah tapi salah.
Perkembangan bahasa memang tak bisa lepas dari pengaruh bahasa asing. Bangsa Jepang sendiri yang sangat bangga akan bahasanya namun ada juga bahasa asing yang masuk seperti: "Hansamu" dari kata Handsome Inggris yang berarti gagah menarik, atau "Sukandaru" yang berasal dari kata scandal. Namun penggunaannya tidak separah dan serancu di Indonesia.
Di Indonesia bahkan sampai ke warung- warung kecil dan jajanan jalanan bahkan sekolahan. Fried Chiken dianggap lebih gagah dari "ayam goreng", sea food dianggap lebih gaya dari "makanan serba laut", dan snack (sering diucapkan salah: snake = ular) dianggap lebih gagah dibanding "cemilan"
Pada zaman Gubernur Ali Sadikin pernah digalakkan penggunaan bahasa Indonesia. Semua hotel dan kegiatan bisnis di Indonesia dianjurkan untuk semaksimal mungkin memakai kosa kata Indonesia. Kini tak seorangpun perhatian terhadap keanggunan bahasa Indonesia. Padahal ada pepatah: "Bahasa menunjukkan bangsa".....Atau memang tingkat kebangsaan kita sudah luntur seiring dengan lunturnya tingkat kebanggaan kita dalam berbahasa Indonesia......Wallohu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar